CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 29 Julai 2009

4 sebab Kerajaan harus mansuh ISA



Dengan kepetahan berhujah dan mengeluarkan beberapa potong ayat suci al-Quran, pengajaran daripada sirah Nabi Muhammad SAW, dan kaedah fiqhiyyah yang digarisi ulama, ADUN Hulu Kelang, Saari Sungib menggariskan empat sebab utama mengapa ISA dan penahanan tanpa bicara seharusnya dimansuhkan oleh kerajaan.

“Penahanan tanpa bicara (adalah) salah satu perkara yang tidak boleh pertahankan. Ini kerana semua piagam antarabangsa dan semua agama mengutuk sekeras-kerasnya penahanan tanpa bicara,” kata Saari yang pernah dua kali ditahan di bawah ISA pada 1999 dan 2001.

GMI debate on ISA 100509Ketka berhujah dalam debat bertajuk ISA: Haram atau Halal? anjuran Gerakan Mansuhkan ISA (GMI), beliau menegaskan ISA bercanggah dengan amalan dan arahan yang ditetapkan oleh al-Quran dan al-Sunnah.

Saari berkata, sewaktu dalam tahanan, beliau pernah menghantar hujah-hujahnya kepada Majlis Fatwa Kebangsaan mengapa akta kontroversi itu perlu dimansuhkan.

Kemudian, tambahnya, selepas dibebaskan daripada tahanan, beliau juga berjumpa dengan mufti-mufti di Malaysia untuk mengetahui berhubung kedudukan perkara tersebut.

“Sehingga hari ini tidak ada jawapan. Syabas kepada PEWARIS (Majlis Permuafakatan Ummah) yang menyatakan ISA ini dibenarkan dalam Islam sebelum majlis fatwa dan mufti-mufti membuat keputusan,” kata Saari.

Beliau juga menarik perhatian kira-kira 80 hadirin di majlis debat tersebut yang berlangsung di Auditorium Majlis Bandaraya Petaling Jaya (MBPJ), dengan mengimbau amalan Rasulullah SAW yang mengamalkan prinsip perbicaraan dan penghakiman sebelum menjatuhkan hubungan.

Kaedah fiqhiyyah

saari sungip Saari memberi contoh bagaimana kisah baginda menyoal siasat Hatib bin Baqa’ah (seorang sahabat) yang membocor rahsia kepada kaum Quraisy bahawa Rasulullah SAW akan memasuki kota Mekah.

“Pada prinsipnya, ada pendengaran iaitu pertuduhan didengar kepada umum. Pada zaman Rasulullah SAW, tidak ada hukuman sebelum perbicaraan,” katanya.

Selain itu, Saari juga berhujah dengan kaedah fiqhiyyah untuk menjustifikasikan bagi memansuhkan akta kontroversi itu.

Menurut Islam, terdapat satu keadah fiqhiyyah yang berbunyi, “al-dharrar yuzalu bil-syara” yang bermaksud kemudharatan itu ditolak oleh syarak, kata Saari.

Katanya, akta tersebut membawa kemudaratan kepada orang yang dituduh dan keluarga mangsa terbabit

“Penahanan tanpa bicara di bawah akta tersebut adalah satu tindakan yang zalim kerana hak-hak individu untuk membela diri dirampas sehingga tidak berpeluang untuk membukti seseorang itu tidak bersalah.

“ISA juga membawa kemudaratan kepada si isteri dan anak-anak tertuduh yang terpisah dengan si suami atau bapa.

Peluang bela diri

gmi debate on ISA 100509“Mereka menghadapi tekanan perasaan, (rasa) terpisah, takut, kecewa dan marah,” kata Saari yang telah menulis beberapa buah buku mengenai kisah pengalamannya di Kamunting.

Beliau juga mendakwa tahanan ISA turut diperlakukan dengan penyeksaan seperti dipukul dan dibelasah.

Mengulas lanjut mengenai pandangan Islam terhadap ISA dan penahanan tanpa bicara ini, Saari berkata, Islam memberi peluang kepada yang dituduh untuk membela diri.

“Sekiranya beliau (tertuduh) tidak mampu untuk mengupah peguam, maka orang ramai atau baitulmal harus menanggung untuk membela dirinya.

“Tidak boleh dihukum sehingga diberi peluang seluas-luasnya untuk membela diri… sehingga tidak ada seorang pun yang tidak dibela,” katanya sambil menyentuh kuasa penuh menteri untuk menahan seseorang selama dua tahun yang menurutnya akan, mungkin atau bakal memudaratkan negara.

Piagam hak asasi manusia

Oleh itu, kata Saari, Islam melarang mengambil keputusan untuk menahan sebelum tertuduh sebelum mereka dibuktikan kesalahan dan dibicarakan di mahkamah.

Selanjutnya, sebab ketiga penolakan akta ini, tegas Saari, ialah penahanan tanpa bicata ini telah ditolak daripada empat mazhab utama dalam Islam,iaitu Hanafi, Maliki, Syafiie dan Hanbali.

“Mereka bersepakata menolak tentang perkara tersebut,” kata Saari.

Tambahnya, ISA juga ditolak kerana ia bercanggah dengan piagam hak asasi manusia yang diluluskan oleh Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu (PBB), selepas peperangan dunia kedua.

“Pada tahun 1981, telah diluluskan satu piagam alternatif iaitu deklarasi Islam sedunia tentang hak asasi…kedua-dua piagam tersebut tidak bersetuju dengan penahanan tanpa bicara,” kata Saari.

” (Oleh itu) ISA adalah haram kerana ia bercanggah dengan al-Quran, amalan Rasulullah SAW, Khulafa’ Rasyidin, imam-imam mazhab dan bercanggah dengan apa yang ditetapkan oleh masyarakat antarabangsa,” katanya.

Rabu, 15 Julai 2009

Ku harapkan

Di kala ku lupa ku harapkan sahabat mengingati ku

Di kala ku silap ku harapkan sahabat menasihati ku

Di kala ku alpa ku harapkan sahabat membimbing ku

Di kala ku kesepian ku harapkan sahabat sebagai peneman

Di kala ku kelemahan ku harapkan sahabat sebagai pemangkit semangat ku

Ku juga berharapkan di kala sahabat memerlukan ku dan ku dapat membantu sahabat ku

Adakah harapan hanya tinggal harapan?
Adakah impian hanya menjadi "angan-angan mat jenin"?
Ku berharap apa yang ku harapkan dan apa yang ku impikan akan termakbul.

Mengapa ujian demi ujian Mu berikan kepada ku?
Mengapa daku diuji?
Ku harapkan ia sebagai penguat iman ku.

Daku pernah alpa
Daku pernah lalai
Daku pernah jauh dari Mu dan pernah melakukan perkara yang akan jatuh daku ke ke lembah neraka Mu namun dengan rahmat dan kasih sayang Mu maka Mu kembali memberi taufiq dan hidayah Mu kepada ku,
Jika tidak
Mungkin akan lemas di dalam lautan
Mungkin akan sesat di dalam hutan
Mungkin akan tertanam di dalam tahan
Mungkin juga akan terbang di udara.
Namun ku amat mengharapkan kasih dan sayang Mu Allah.

Ku harapkan ku kembali ceria seperti dahulu
Ku harapkan iman ku semakin teguh
Ku harapkan amal ku semakin baik
Ku harapkan apa yang terjadi ku jadikan pengajaran buat daku


Adakah harapan tinggal harapan?

Khamis, 9 Julai 2009

Beginilah Cara Licik AS Kacaukan Negara Iran

Presiden AS Barack Obama boleh meyakinkan semua orang bahwa AS tidak ikut campur dalam kekisruhan di Iran pasca pemilu di negeri Para Mullah itu. Tapi apa yang dilakukan para pejabat AS menunjukkan campur tangan itu meski tidak secara langsung. Ada apa dengan sikap AS terhadap pemilu Iran? Akankah konspirasi penggulingan perdana menteri Iran Mohamad Mossadegh yang melibatkan agen-agen CIA AS akan terulang lagi di Iran?

Surat kabar New York Times edisi Rabu (17/6) memuat pernyataan asisten menteri luar negeri urusan publik P.J. Crowley yang memerintahkan agar pengelola situs mikro blogging Twitter untuk menunda rencana pemeliharaan situsnya agar situs itu tetap bisa digunakan untuk komunikasi para aktivis di Iran

"Twitter memainkan peranan penting dalam situasi yang sangat krusial di Iran. Bisakah Anda (pengelola Twitter) tetap menjaga agar situs ini bisa terus digunakan?," kata Crowley dalam pernyataannya.

Tidak cukup dengan seruan, pejabat departemen luar negeri AS, Jared Cohen bahkan secara khusus mengirim email pada pengelola Twitter agar menunda jadwal perawatan situsnya (biasanya, pengelola akan menutup sementara situsnya jika akan melakukan pemeliharaan situs) karena, menurut Cohen, Twitter menjadi alat komunikasi yang penting bagi para aktivis di Iran yang ingin menggelar aksi protes non-stop terhadap hasil pemilu di Iran.

Pihak Twitter memuat permintaan dari Deplu AS itu dalam situsnya dan menyatakan akan memenuhi permintaan tersebut. Untuk itu, Twitter menyatakan menunda jadwal pemeliharaan situsnya hingga hari Selasa petang atau hari Rabu waktu Teheran.

Pengelola situs Twitter mengaku tidak menyangka situsnya yang baru berusia dua tahun bisa memainkan peran dalam isu-isu global sehingga para pejabat AS pun memandang peran Twitter sangat signifikan.

Sebuah pertanyaan besar, mengapa para pejabat AS sampai repot-repot meminta Twitter agar terus online apalagi dengan alasan agar para aktivis di Iran bisa saling berkomunikasi untuk mengorganisir aksi protes.

Pihak Deplu AS membantah bahwa seruan dan perintah yang dikeluarkannya pada pengelola Twitter adalah bentuk campur tangan AS atas apa yang terjadi di Iran.

Crowley berdalih bahwa AS tetap konsisten dengan kebijakan negaranya. "Kami mendukung kebebasan berekspresi. Informasi harus digunakan sebagai cara untuk mempromosikan kebebasan berekspresi itu," kata Crowley mencari-cari alasan.

Sementara para pengelola Twitter mengatakan, mereka memenuhi permintaan Deplu AS semata-mata untuk membantu rakyat Iran agar suara mereka bisa didengar dunia. "Kami melakukan ini semua karena apa yang terjadi di Iran secara langsung berhubungan dengan makin berkembangnya Twitter sebagai media komunikasi dan informasi," kata salah satu pendiri Twitter, Biz Stone.

Klaim itu diragukan sejumlah pakar IT di Iran, apalagi Twitter tidak menyediakan fasilitas bahasa Farsi. "Pengguna Twitter di kalangan masyarakat di Iran tidak banyak," kata Mehdi Yahyanejad, pengelola situs berita bahasa Farsi yang berbasis di Los Angeles.

Tapi sejumlah media Barat dalam laporannya menyebutkan bahwa para pengunjuk rasa terutama pendukung Mousavi yang kalah dalam pemilu di Iran, menggunakan Twitter untuk menyebarkan pesannya agar massa terus melanjutkan aksi-aksi protesnya. Sementara otoritas berwenang di Iran mengancam akan menutup akses internet untuk membendung pengaruh Barat dan pemberitaan media massa Barat yang provokatif dan menyesatkan tentang pelaksanaan pemilu di Iran.

Dari 70 juta total penduduk Iran, lebih dari 23 juta orang-mayoritas berusia di bawah 20 tahun-memiliki akses internet.

Melihat gejala di atas, sulit mempercayai pernyataan Obama bahwa AS tidak ikut campur dalam pemilu di Iran. Dalam operasi rahasia AS-Inggris untuk menggulingkan PM Iran Muhamad Mossadegh tahun 1953 lalu, AS dan Inggris juga merancang kudeta dengan memanfaatkan media massa untuk menghasut dan menimbulkan rusuh massa di Iran agar rakyat Iran kehilangan kepercayaan pada pemerintahannya.

Sumber

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

JALINAN UKHUWAH


ShoutMix chat widget