CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Khamis, 19 Mac 2009

SILATURRAHIM


Rahim secara bahasa berarti rahmah yaitu lembut dan kasih sayang. Tarahamal

qaumu artinya saling berkasih sayang.

Imam Al-Azhary berkata yang dimaksud dengan firman Allah:


"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam". (Al-Anbiya': 107)


Tarahhama 'alaihi berarti mendoakan seseorang agar mendapatkan rahmat,

istarhama berarti memohonkan rahmat.


Rajulun rahumun (orang laki-laki yang

penyayang) dan imra'atun rahumun (perempuan yang penyayang). Ar-Rahmah fi

bani adam, berarti kelembutan dan kebaikan hati.

Seseorang dikatakan dekat dengan kerabat apabila dia telah memiliki kasih

sayang dan kebaikan sehingga menjadi betapa baik dan sayang. Abu Ishaq

berkata: Dikatakan paling dekat rahimnya yaitu orang yang paling dekat kasih

sayangnya dan paling dekat hubung-an kerabatnya.


Ar-ruhmu dan ar-ruhumu secara bahasa adalah kasihan dan simpati. Allah

menyebut hujan dengan nama rahmat. Ibnu Sayyidih berkata bahwa yang

dimaksud dengan ar-rahim dan ar-rihimu adalah rumah tempat tumbuhnya anak,

dan jamaknya arhaam.


Al-Jauhary berkata ar-rahim berarti kerabat. Imam Ibnu Atsir berkata bahwa dzu

rahim adalah orang-orang yang memiliki hubungan kerabat yaitu setiap orang

yang memiliki hubungan nasab dengan anda.

Imam Al-Azhary berkata ar-rahim adalah hubungan dekat antara bapak dan

anaknya dengan kasih sayang yang sangat dekat.

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan bertakwalah kepada Allah, yang dengan (mempergunakan)

nama-Nya kamu saling memin-ta satu sama lain, dan peliharalah

hubungan sila-turrahim." (An-Nisa': 1)


Orang Arab mengatakan: " Saya ingatkan engkau dengan takut kepada Allah

dan hubungan silaturrahim".

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menganugerahi umat ini dengan mengutus

nabi dari kalangan mereka sendiri dan menurunkan Al-Qur'an dengan bahasa

mereka. Allah berfirman:


"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari

kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat

menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas

kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (At-

Taubah: 128)


Dan firman Allah:


"Sesungguhnya Kami menurunkan berupa Al-Qur'an dengan

berbahasa Arab, agar kamu mema-haminya". (Yusuf: 2)


Kitab suci Al-Qur'an diturunkan bukan hanya sekadar untuk diambil berkahnya

dan dibaca, atau hanya menetapkan masalah tauhid dan aqidah saja, atau

menetapkan syari'at saja, akan tetapi Al-Qur'an datang juga untuk mendidik umat

serta agar membentuk masyarakat dan negara.

Sesungguhnya Islam memiliki manhaj tersendiri yaitu manhaj Robbani dan Islam

sangat memperhatikan masalah ikatan keluarga setelah menjadikan ikatan

utama yaitu ikatan aqidah sebagai landasan hubungan. Keterikatan dengan

keluarga yang saling melindungi termasuk aturan agama Islam serta merupakan

fitrah di dalam jiwa kemanusiaan, dan Islam mendorong serta membina kuatnya

hubungan kerabat kepada tahapan yang lebih baik. Selagi hubungan keluarga

menjadi sarana untuk kepentingan dan kemaslahatan Islam, maka hubungan

kerabat tersebut termasuk sebagai usaha untuk membentuk masyarakat Islam.

Dan ciri utama orang mukmin dalam beragama adalah selalu dibuktikan dengan

amalan dan perbuatan bukan hanya sekedar ucapan dan pengakuan. Allah

Ta'ala berfirman:


"Dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk

berkasih sayang". (Al-Balad: 17)


Kata al-marhamah lebih dalam dari pada rahmah, yang berarti saling berkasih

sayang antara sesama orang-orang yang beriman dan berwasiat agar mereka

selalu berkasih sayang antar sesama mukmin dan bahkan wasiat tersebut

dijadikan sebagai kewajiban bermasyarakat serta tolong menolong untuk

menegakkan wasiat tersebut di tengah-tengah masyarakat. Dan biasanya

lingkungan yang paling tepat dan sangat subur untuk menumbuhkan wasiat

tersebut adalah hubungan kerabat sehingga Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan hubungan kerabat sebagai sasaran

utama dalam berwasiat untuk saling berkasih sayang.


Menyambung hubungan kerabat adalah wajib dan memutuskannya merupakan

dosa besar. Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Barangsiapa yang secara sadar

menghalalkan pemutusan hubungan kerabat tanpa sebab atau ada subhat

sedangkan dia tahu bahwa memutuskan hubungan kerabat adalah haram, maka

dia kafir, kekal di Neraka dan tidak akan masuk Surga selama-lamanya."

Menyambung silaturrahim mempunyai beberapa tingkatan dan yang paling

rendah adalah menyambung kembali hubungan yang telah putus dengan

berbicara atau hanya sekedar mengucapkan salam supaya tidak masuk ke

dalam pemutusan hubungan kerabat. Jika seseorang menyambung sebagian

hubungan kerabat tapi tidak sampai seluruhnya, maka dia tidak bisa dikatakan

memutus hubungan kerabat. Tetapi jika kurang dari kewajaran yang semestinya

dari silaturrahim, maka belum bisa seseorang disebut menyambung .

Para ulama berbeda pendapat tentang kerabat yang wajib disambung hubungan

silaturrahimnya, sebagian mereka berpendapat bahwa setiap orang yang ada

hubungan mahram, sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa setiap orang

yang ada hubungan kerabat dengan kita baik berupa hubungan mahram atau

yang lainnya, seperti anak perempuan paman atau bibi. Sebagaimana hadits

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang penduduk Mesir:


"Sesungguhnya bagi mereka ada hak perlindungan dan kekerabatan". (HR. Ath-

Thabrani)


Dan juga hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:


"Sesungguhnya kebaikan yang terbaik adalah seseorang bisa menyambung

hubungan kerabat dengan teman bapaknya". (Shahihul Jami', Al-Albani)


Padahal mereka yang disebutkan dalam hadits di atas tidak memiliki hubungan

nasab sama sekali. Berarti hadits di atas mempunyai makna yang sangat luas

yaitu kewajiban berkasih sayang dan menaruh perhatian kepada sesama umat

Islam dan ini sesuai dengan tun-tutan ajaran dan kenyataan.


KITABULLAH DAN SILATURRAHIM


Allah Ta'ala berfirman:


"Dan bertakwalah kepada Allah, yang dengan (mempergunakan)

nama-Nya kamu saling memin-ta satu sama lain, dan peliharalah

hubungan silaturrahim." (An-Nisa': 1).


Keluarga adalah pondasi utama terbangunnya se-buah lingkungan masyarakat.

Dan perekat pertama hubungan antar manusia adalah perekat hubungan yang

bernilai rububiyah yang merupakan perekat hubungan yang paling dasar. Allah

memuji hubungan manusia karena ikatan kekerabatan. Maka bertakwalah

kepada Allah yang kamu saling berjanji dan berikrar dengan keagungan nama-

Nya, kamu saling meminta satu sama lain dengan kebesaran nama-Nya dan

kamu saling bersumpah satu sama lain dengan nama-Nya. Tumbuh-kanlah nilai

takwa di antara kalian agar hubungan kerabat tetap bersambung dan langgeng.

Hubungan kerabat adalah hubungan yang sangat penting setelah hubungan

rububiyah dan perasaan takut kepada Allah. Kemudian, takut untuk memutuskan

silaturrahim, selalu memperhatikan hak-haknya, menjaga kelestarian hu-bungan

jangan sampai menghancurkan dan menganiaya kemesraannya, jangan sekalikali

mencoba mengusik dan menyentuh keutuhannya. Berusahalah untuk selalu

dekat, cinta, hormat dan memuliakan silaturrahim. Jadikanlah kerinduan dan

keteduhan hidup anda di bawah naungan dan kemesraan silaturrahim, Allah

berfirman :


"Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan meng-awasi kamu". (An-

Nisa': 1)


Dan Allah Ta'ala berfirman:


"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut kepada

Tuhannya". (Ar-Ra'd: 21)


Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan agar kita menyambung hubungan

baik dengan orang faqir, hubungan baik dengan tetangga dan hubungan baik

dengan kerabat dan sanak famili. Apabila manusia memutuskan apa-apa yang

diperintahkan oleh Allah untuk dihubungkan, maka ikatan sosial masyarakat

akan hancur berantakan, kerusakan menyebar di setiap tempat, kekacauan

terjadi di mana-mana dan gejala sifat egoisme dan mau menang sendiri akan

timbul dalam kehidupan sosial.Sehingga setiap individu masyarakat menjalani hidup tanpa petun-juk, seorang tetangga tidak tahu hak bertetangga, se-orang faqir merasakan penderitaan dan kelaparan sendirian dan hubungan kerabat berantakan, sehingga kehidupan manusia berubah menjadi kehidupan hewani serba tidak berharga.

Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya dan ditunda umurnya, maka

hendaklah bersilatur-rahim". (Muttafaq 'alaih)/



BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA

MERUPAKAN SILATURRAHIM YANG PALING UTAMA


Bersilaturrahim dan berbuat baik kepada orang tua merupakan ajaran yang

menjadi ketetapan Kitabullah Al-Qur'an dan Al-Hadits. Allah Ta'ala berfirman:


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya". (Al-Isra': 23)


Wa Qadha Rabbuka berarti suatu perintah yang lazim tidak bisa ditawar-tawar

lagi dan Alla Ta'budu Illa Iyahu berarti perintah ibadah yang bersifat individu.

Allah menghubungkan beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada

orang tua menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua dan birrul

walidain (berbuat baik kepada orang tua) di sisi Allah.


Secara naluri orang tua dengan suka rela mau mengorbankan segala sesuatu

untuk memelihara dan membesarkan anak-anaknya dan anak mendapatkan

kenikmatan serta perlindungan sempurna dari kedua orang tuanya.

Seorang anak selalu merepotkan dan menyita perhatian orang tuanya dan

tatkala menginjak masa tua mereka pun tetap berbahagia dengan keadaan

putra-putrinya, akan tetapi betapa cepat seorang anak melalai-kan semua jasajasa

orang tuanya, hanya disibukkan dengan isteri dan anak sehingga para

bapak tidak perlu lagi menasihati anak-anaknya hanya saja seorang anak harus

diingatkan dan digugah perasaannya atas kewajib-an mereka terhadap orang

tuanya yang sepanjang umurnya dengan berbagai kesulitan dihabiskan untuk

mereka serta mengorbankan segala yang ada demi kesenangan dan

kebahagiaan mereka hingga datang masa lelah dan letih.


Maka berbuat baik kepada kedua orang tua menjadi keputusan mutlak dari Allah

dan ibadah yang menempati urutan kedua setelah beribadah kepada Allah.


"Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya

sampai berumur lanjut dalam pemeliha-raanmu". (Al-Isra': 23)


Kibar atau kibarul sin artinya berusia lanjut, umur sudah mulai menua, punggung

sudah mulai membung-kuk dan kulit sudah mulai keriput. 'Indaka yang berarti

pemeliharaan yaitu suatu kalimat yang menggambarkan makna tempat

berlindung dan berteduh pada saat masa tua, lemah dan tidak berdaya.

Allah Ta'ala berfirman:


"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya

perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka". (Al-Isra':23)


Seakan-akan Allah berfirman; Bersopan santunlah kamu kepada orang tua!

Dengan demikian ayat tersebut mengajarkan sikap sopan agar seorang anak

tidak menunjukkan sikap kasar serta menyakitkan hati atau merendahkan kedua

orang tua.

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".


Ini tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu keharusan bagi anak untuk selalu

mengucapkan perkataan yang baik kepada kedua orang tua dan memperlihatkan

sikap hormat serta menghargai.

Allah Ta'ala juga berfirman:


"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kasih sayang".


Seolah-olah sikap rendah diri memiliki sayap dan sayap tersebut direndahkan

sebagai tanda penghormatan dan penyerahan diri dalam arti sikap rendah diri

yang selayaknya diperintahkan kepada kedua orang tua, sebagai pengakuan

tulus atas kebaikan dan jasa-jasanya.

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku kasihilah me-reka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al-Isra': 24)


Penyebutan kondisi masa kecil yang lemah yang membutuhkan perawatan dari

kedua orang tua meng-ingatkan kepada kondisi yang sama yang sedang dialami

orang tua tatkala menginjak lanjut usia yang selalu membutuhkan kasih sayang

dan perawatan semisal. Lalu memohon kepada Allah agar bisa memberi belaskasih

kepada mereka berdua sebagai pengakuan atas kekurangan dalam

memberi kasihsayang secara sem-purna dan hanya Allahlah yang bisa memberi

kasih-sayang atau perawatan yang sangat sempurna serta hanya Dialah yang

mampu membalas semua kebaikan dengan sempurna yang tidak mungkin bagi

anak untuk melakukannya.


Bukti kasih sayang Allah banyak sekali yang tampak pada makhluk lain. Suatu

contoh cahaya mata-hari yang menyinari alam semesta, udara yang dihirup

manusia melalui proses paru-paru, air berfungsi untuk minum, masak dan

menyiram tanaman dan kasih sayang ibu terhadap anaknya yang muncul secara

fitrah sebagai bukti nyata kasih sayang Allah Rabb semesta alam.


Orang mulia dan baik kepada kedua orang tua akan selalu tahu kedudukan serta

kemuliaan orang tua, dia merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak-nya

seolah-olah dia bersujud dengan ruh dan perasaan-nya laksana bersujud kepada

Allah, dia mendapatkan jati diri yang sebenarnya sebagai suatu rahasia dalam

kehidupan. Semua itu menjadi bukti penghargaan dan penghormatan kepada

kedua orang tua.

Allah Ta'la berfirman:


"Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua

orang ibu-bapaknya . Dan jika kedua-nya memaksamu untuk

mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya".

(Al-Ankabut: 8).


Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempunyai jasa yang tidak terhingga

dan kasih sayang yang besar sepanjang masa sehingga tidak aneh bila hakhaknya

juga besar.


Seorang anak wajib mencintai, menghormati dan memelihara orang tua

walaupun keduanya musyrik atau berlainan agama, keduanya berhak untuk

diberi kebaik-an dan pemeliharaan bukan mentaati dan mengikuti kesyrikan atau

agamanya.

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang ber-tambah-tambah, dan menyapihnya dalam

dua tahun." (Luqman : 14)


Disebutkan berulang-ulang serta banyak sekali wasiat untuk seorang anak agar

berbuat baik kepada kedua orang tuanya di dalam Al-Qur'an dan wasiat Rasul

shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak disebutkan wasiat orang tua untuk berbuat

baik terhadap anaknya kecuali sedikit.


Kerana kebaikan dan pengorbanan orang tua berupa jiwa, raga dan kekuatan

yang tak terhitung tanpa berkeluh kesah dan meminta balasan dari anaknya,

secara fitrah(naluri) sudah cukup sebagai pendorong kedua orang tua untuk

bersikap demikian tanpa ditekan dengan wasiat. Adapun anak harus selalu diberi

wasiat dan diingatkan agar senantiasa ingat akan jasa-jasa orang yang selama

ini telah mencurahkan jiwa dan raga serta seluruh hidupnya dalam

membesarkan dan mendidiknya. Apalagi seorang ibu selama mengandung

mengalami banyak beban berat sebagaimana firman Allah Ta'ala (ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah), ibu lebih

banyak menderita dalam membesarkan dan mengasuh anaknya, dan

penderitaan di saat hamil tidak ada yang bisa merasakan payahnya kecuali

kaum ibu juga.


Al-Bazzar meriwayatkan hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang

lelaki yang sedang thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya

kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:


" Apakah dengan ini saya sudah

Silaturrahim menunaikan haknya?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Belum! Walaupun se-cuil".

Dari Al-Miqdam bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu,

sesungguhnya Allah berwa-siat agar berbuat baik kepada bapak-bapakmu dan

sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian agar berbuat baik kepada sanak

kerabatmu". (Dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah)


Anak adalah bagian hidup dan belahan hati orang tua, kasih sayangnya mengalir

di dalam darah daging keduanya.

Dari 'Aqra' bin Habis sesungguhnya dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam mencium Hasan, lalu dia berkata:


"Sesungguhnya saya mempunyai

sepuluh orang anak dan saya tidak pernah mencium seorangpun di antara

mereka.


Beliau bersabda:


"Sesungguhnya barangsiapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang".

(Muttafaq 'alaih)


Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah ditanya tentang masalah sikapnya terhadap

anak, maka beliau menjawab:


Anak adalah buah hati, belahan jiwa dan tulang

punggung, kita rela terhina bagaikan bumi rela diinjak demi mereka dan

bagaikan langit yang siap menaungi hidup mereka dan kita siap menjadi senjata

pelindung bagi mereka dalam menghadapi marabahaya. Jika mereka minta

sesuatu kabulkanlah dan bila marah cari sesuatu yang menyenangkan hatinya,

maka mereka akan membalas kasih sayangmu dan berterimakasih atas setiap

pemberianmu. Janganlah kalian merasa berat dan terbebani oleh anakmu,

sebab mereka akan mengacuhkan hidupmu dan menghendaki kematianmu serta

segan mendekatimu.

Apabila seorang anak di mata orang tua keduduk-annya seperti itu, seharusnya

anak menempatkan posisi orang tua tidak kurang dari itu dalam menghormati

dan memuliakan orang tua mereka sebagai bukti balas budi dan pengakuan

terhadap kebaikan yang telah didapat dari orang tua.


Di samping tetap melestarikan kewajiban silaturrahim kepada mereka berdua sesuai ketentuan Kitabullah.


Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda:


"Tiga macam doa yang pasti terkabulkan; doa orang tua untuk anaknya, doa

orang musafir dan doa orang yang teraniaya". (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah,

Al-Albani).


Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki datang

kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta izin untuk ikut serta

berjihad, maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah kedua

orang tuamu masih hidup? Dia berkata: "Ya, masih hidup". Beliau bersabda:


"Maka berjihadlah dalam (menjaga) keduanya".


Dari Abu Bakrah berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda:


"Maukah kalian aku ceritakan tentang dosa yang paling besar?"


Kami menjawab: "Ya wahai Rasulullah".


Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua."


Beliau waktu itu bersandar, maka terus duduk dan bersabda:


"Ketahuilah, dan perkataan dusta".

(Shahihul Jami')


Dari Abdullah Ibnu Mas'ud berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam: Apakah amal yang paling dicintai Allah?


Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya."


Saya bertanya: "Lalu apalagi?"


Beliau bersabda:"Berbuat baik kepada orang tua". Saya bertanya: "Kemudian apalagi?"

Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersab-da: "Jihad di jalan Allah". (Muttafaq 'alaih)

Dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah

sesungguhnya saya mempunyai harta dan anak, dan bapak saya menginginkan

hartaku. Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu". (Muttafaq 'alaih).


Dan petunjuk birrul walidain yang terbaik adalah sikap yang telah ditunjukkan

oleh para nabi 'alaihimus shalatu wa salam sebagai simbol anutan dan petunjuk

bagi setiap manusia.Nabi Ismail 'alaihi salam berkata dan ucapannya diabadi-kan dalam firman Allah Ta'ala:


"Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan

kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orangorang

yang bersabar". (Ash-Shafaat: 102).


Nabi Nuh 'alaihi salam berkata juga dan ucapannya dise-butkan dalam firman

Allah Ta'ala:


"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke

rumahku dengan beriman". (Nuh: 28)


Nabi Isa 'alaihi salam juga disifati oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:


"Dan berbakti kepada ibuku". (Maryam: 32)


Nabi Yahya 'alaihi salam juga disifati oleh Allah Ta'ala demikian yang disebutkan

dalam firman Allah:


"Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia

orang yang sombong lagi durhaka". (Maryam: 14)


Betapa indahnya bila seorang muslim bisa mencontoh dan mengikuti jejak para

nabi.



WAHAI ANAK-ANAKKU


Wahai anakku siang malam sepanjang umurku, aku korbankan untukmu agar

kalian berbahagia, kedua orang tuamu letih dan menderita serta hati gundah bila

engkau sedang sakit dan wajahmu pucat. Anakku tercin-ta. Itulah kalimat yang

sering diulang-ulang oleh seorang ibu atau bapak. Wahai seorang anak ingatlah

jasa kedua orang tuamu yang besar tatkala engkau masih berada dalam

kandungan, di saat kau masih bayi dan setelah kau menginjak remaja hingga

engkau menjadi orang dewasa.


Sekarang tiba saatnya kedua orang tuamu membutuh-kan kasih sayang dan

perhatian darimu. Sementara engkau hanya sibuk mengurusi isteri dan anakanakmu

hingga orang tuamu engkau abaikan, padahal orang arab jahiliyah dulu

menganggap aib dan harga diri jatuh jika ada seorang anak yang durhaka

kepada kedua orang tuanya. Peribahasa-peribahasa Arab menceritakannya,

menuduhnya dengan gambaran yang sangat jelek sekali bahkan memberinya

julukan dengan julukan-julukan yang sangat keji. Akan tetapi kita membaca

banyak cerita di zaman sekarang tentang cerita anak-anak yang durhaka kepada

kedua orang tuanya.


Abu Ubaidah At-Taimy dalam kitabnya, Al-'Aqaqah wal Bararah menuturkan

beberapa contoh orang-orang yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya

dan beberapa contoh orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.

Seorang dari bani Qurai' bernama Murrah bin Khattab bin Abdullah bin Hamzah

pernah mengejek dan terkadang memukul orang tuanya, se-hingga bapaknya

berkata:


“Saya besarkan dia tatkala dia masih kecil bagaikan anak burung

yang baru lahir yang masih lemah tulang-belulangnya.

Induknya yang menyuapi makan sampai melihat anaknya sudah

mulai berkulit sempurna.”


Dan contoh lain yang durhaka kepada orang tua-nya adalah putra Umi Tsawab

Al-Hazaniyah, dia durhaka kepada ibunya karena isterinya selalu menghalangi

untuk berbuat baik kepada ibunya, sehingga ibunya mengungkapkan kepedihan

hati dalam sebuah syair:


“Saya mengasuhnya di masa kecil tatkala masih seper-ti anak

burung, sementara induknya yang menyuapi makanan dan melihat

kulitnya yang masih baru tumbuh.

Setelah dewasa dia merobek pakaianku dan me-mukul badanku,

apakah setelah masa tuaku aku harus mengajari etika dan adab”

.

Dan juga Yahya bin Yahya bin Said, suatu ketika dia pernah menyusahkan

bapaknya lalu bapaknya meng-hardiknya dengan menulis syair:


“Semenjak lahir dan masa bayi yang masih kecil aku mengasuhmu,

dan saya selalu berusaha agar engkau menjadi orang tinggi dan

berkecukupan.Di malam hari engkau mengeluh sakit hingga tidak bisa tidur.

Keluhan itu membuatku gundah dan ketakutan.

Jiwa selalu gelisah memikirkan keselamatan untuk dirimu, sebab

aku tahu setiap jiwa terancam oleh kematian.”


Contoh-contoh di atas merupakan sebagian dari beberapa kisah anak durhaka

kepada kedua orang tua-nya yang terjadi pada masa lampau dan sekarang.

Dan di dalam sebagian lagu-lagu masyarakat jahili-yah dahulu, yang sering para

wanita lantunkan adalah: Ya Allah, apa yang harus saya perbuat terhadap

anakku yang durhaka, di masa kecil aku dengan susah payah membesarkannya,

setelah menikah dengan seorang putri Romawi dia berbuat semena-mena

terhadapku. Wanita ini mengadu kepada Allah terhadap sikap anaknya yang

telah diasuh dengan susah payah, tetapi setelah menikah dengan wanita nasrani

Romawi, dia melupakan ibunya.

Adapun contoh orang-orang yang berbuat baik kepada orang tua antara lain;

cerita tiga orang yang terjebak dalam gua, di antara mereka ada yang mengatakan:

"Tidak ada cara yang mampu menyelamatkan kalian kecuali bertawassul

dengan amal shalih kalian. Seorang di antara mereka berdo'a: "Ya Allah saya

mempunyai dua orang tua yang lanjut usia dan saya sekeluarga tidak makan dan

minum di malam hari sebelum mereka berdua, pada suatu saat saya pernah

pergi jauh untuk suatu keperluan sehingga saya pulang terlambat dan

sesampainya di rumah saya mendapatkan mereka berdua dalam keadaan tidur.

Lalu saya memerah susu untuk malam itu, tetapi mereka berdua masih tetap

tidur pulas, sementara saya tidak suka jika makan dan minum sebelum mereka.

Akhirnya saya menunggu sambil memegang susu hingga mereka berdua terbangun,

sampai fajar terbit mereka berdua baru bangun lalu meminum susu. Ya

Allah jika perbuatan yang telah aku kerjakan tersebut termasuk perbuatan ikhlas

karena mencari wajahMu, maka hilangkanlah kesulitan kami dari batu besar ini,

lalu batu itu pun bergeser dari mulut gua.Masih banyak contoh-contoh lain tentang orang-orang yang berbakti kepada orang tua baik di masa lampau maupun sekarang yang tidak mungkin kita ceritakan seluruhnya, kebaikan tersebut mereka per-sembahkan kepada orang tua sebagai balasan atas jasa-jasa, perhatian dan pemeliharaan mereka dan sebagai bukti pengakuan tulus dan akhlak mulia. Ini semua mengharuskan kepada setiap anak untuk mengingat kebaikan yang selalu mengalir tak ada hentinya hingga akhir hayat.Sebagian orang-orang shalih sebelum berangkat kerja ada yang menyempatkan diri singgah ke rumah orang tuanya sambil mencium tangannya untuk meminta restu dan menanyakan keadaan serta kesehatan mereka. Lalu berangkat ke tempat kerja. Sikap mulia dan terpuji ini, sangat baik jika dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat.

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hu-rairah bahwa dia berkata

bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Celakalah, celakalah".


Beliau ditanya: "Siapa wahai Rasulullah? Beliau

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Seseorang yang mendapati orang tuanya,

dan salah satu atau keduanya berusia lanjut, kemudian tidak masuk Surga".


Dari Abdullah bin Umar berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda:


"Tiga orang tidak masuk Surga dan tidak dilihat Allah pada hari Kiamat; Orang

yang durhaka kepa-da orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki dan dayyuts.

(HR. Ahmad)


Durhaka kepada orang tua adalah perbuatan zhalim besar dan sikap tidak tahu

diri.Rasulullah yang mengajari umat manusia etika dan tata krama mengetahui

kedudukan dan fungsi seorang ibu dan bapak kemudian memberikan petunjuk

kepada setiap orang mukmin agar menjadi umat yang bertang-gung jawab.

Di antara bentuk birrul walidain setelah orang tuanya meninggal adalah dengan

menyambung hubung-an kerabat dengan teman dan sahabat orang tuanya.

Dari Abdullah bin Umar berkata sesungguhnya saya mendengar Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah me-nyambung hubungan kerabat

dengan sahabat orang tuanya". (Shahihul Jami', Al-Albani)


Bukti cinta dan berbakti kepada orang tua adalah menghormati dan menjaga

hubungan persahabatan orang tua dengan teman-temannya. Pada saat

seseorang mempererat hubungan persahabatan dengan teman bapaknya,

merupakan bukti dalam berbakti kepada orang tua dan pertanda hasil baik

pendidikan orang tua kepada anak.


Imam Muslim dalam kitab shahihnya menyebutkan tentang bab keutamaan

menyambung hubungan persa-habatan dengan teman-teman bapak atau ibu.

Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan

persahabatan dengan saha-bat orang tuanya".


Dan juga hadits tentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

dalam meng-hormati teman-teman Khadijah setelah wafatnya.

Para ulama mengatakan bahwa al-birr bermakna menyambung silaturrahim,

menyayangi dan berbuat ke-baikan serta menjaga persahabatan. Seluruhnya

termasuk bagian inti kebaikan.



MUTIARA NASIHAT DALAM SILATURRAHIM


Hiasilah wahai manusia hubungan kerabatmu dengan ridha Allah, langkahlangkahmu

menuju ke tempat tinggal kerabatmu adalah keberkahan dan

derajatmu akan tinggi di sisi Allah bila engkau melangkahkan kaki untuk

bersilaturrahim. Malaikat rahmah selalu mengiringimu dan merupakan ibadah

kepada Allah pada saat engkau bersilaturrahim serta engkau akan mendapatkan

pahala dan pengampunan dari Allah. Tatkala engkau mengunjungi bibimu yang

sedang sakit berarti engkau telah menghiburnya dan sebagai tanda keberhasilan

dalam mendidikmu.


Saudara laki-laki dan saudara perempuan baik sekandung maupun hanya

saudara sebapak atau seibu, atau sepersusuan, semuanya hendaklah saling

menya-yangi, menghormati dan menyambung hubungan kera-bat baik pada saat

berdekatan atau berjauhan.


Hubungan persaudaraan khususnya antara sauda-ra laki-laki dengan saudara

perempuan memiliki sentuhan yang sangat unik yaitu sentuhan batin yang

sangat lembut serta kesetiaan yang sangat dalam dan semakin hari semakin

bertambah subur walaupun berjauhan jarak tempatnya.

Wahai saudariku sekandung, Allah mewasiatkan kepadaku agar aku selalu

menyambung silaturrahim, secara fitrah kita bersaudara dan dengan Kitabullah

kita diperintahkan bersilaturrahim serta Allah mengancam dengan siksa dan

celaka bagi orang yang memutuskan hubungan kerabat.

Dari Jubair bin Muth'im bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda:


"Tidak akan masuk Surga orang yang memutuskan hubungan kerabat".(Muttafaq 'alaih)


Menyambung silaturahim dengan saudara dan bapanya adalah termasuk bahagian dari silaturrahim, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Apakah kamu tidak sadar bahwa sedara seseorang adalah saudara bapaknya".


Menyambung hubungan kerabat dengan anak pe-rempuan dari saudara

perempuan termasuk bersilatur-rahim dengan ibunya dan demikian pula

bersilatur-rahim dengan saudara perempuan ibu. Dari Barra' bin Azib bahwa

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Saudara perempuan ibu (bibi) memiliki keduduk-an seperti ibu". (Muttafaq 'alaih)


Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Saudara perempuan ibu (bibi) adalah ibu". (HR. Ath-Thabrani)


Wanita adalah makhluk yang lemah dan menjadi kuat karena dengan adanya

laki-laki. Pada saat saudara laki-laki berkunjung ke rumah saudara perempuan,

maka dia bergembira dan berbahagia dengan kunjungan tersebut. Suami dan

keluarganya juga ikut bergembira, dengan rasa bangga saudara perempuan

tersebut bercerita kepada penduduk kampungnya bahwa saudara laki-laki

tersebut datang berkunjung untuk mengetahui keadaan dan kesehatannya dan

mereka itulah yang menjadi penopang hidupnya setelah Allah pada saat-saat

susah dan kesulitan.


Betapa lezatnya makanan yang datang dari saudara, bapak serta

betapa berharganya hadiah yang datang dari saudara dan kerabat.

Saudara perempuan tersebut mengungkapkan kegembiraan dengan

mengucapkan semoga Allah meluruskan niatmu wahai saudaraku, semoga

Allah senantiasa memberi keselamatan kepada kalian dari setiap musibah, saya

sangat berbahagia atas kehadiran kalian dan saya sangat bergembira dan

bangga dengan kunjungan kalian di hadapan suami saya dan keluarganya.


Wahai saudaraku tatkala kalian masuk ke rumahku seakan ruangan rumahku

bercahaya dan seluruh rahasiaku ingin aku ungkapkan serta keadaanku berubah

semua. Hadiah yang kalian berikan walaupun sederhana akan tetapi

sangat berharga bagiku bukan karena mahalnya akan tetapi pemberian itu dari

tangan kalian. Saya merasa bangga dan mulia dari seluruh manusia di dunia ini.

Wahai saudaraku, kunjungan kalian mendatangkan suasana baru bagi hidupku

dan saya melihat ruangan rumahku seakan semakin cerah setelah kedatangan

kalian. Kegembiraan yang tak mungkin dunia memberi-kannya kepadaku dan

kebahagiaan seakan aku mampu memeluk bintang gejora. Tidak ada saat yang

paling bahagia dalam umurku tatkala kalian memuliakan ru-mahku dengan

kunjungan kalian.


Ya Allah saya bersaksi di hadapanMu bahwa saudara-saudaraku telah

bersilaturrahim, maka sambunglah ya Tuhan Dzat Yang Maha Penyayang.

Wahai saudaraku, kalian hanya sekedar menunai-kan kewajiban dan tugas

kemasyarakatan, tetapi saya berbahagia selamanya yang tidak mungkin

terhargai oleh apa pun.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan makhluk sehingga setelah selesai

menciptakan mereka, maka rahim berdiri dan berkata: Ini adalah kedudukan

yang tepat bagi orang yang berlindung dari memutuskan hubungan silaturrahim,

Allah Ta'ala berfirman: "Benar, bukankah engkau senang jika Aku menyambung

orang yang menyambung silatur-rahim dan saya memutus orang yang

memutuskan silaturrahim. Dia berkata: "Ya, Allah Ta'ala berfirman: "Itulah

permohonanmu yang Aku kabul-kan."


Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah jika kalian

mau firman Allah Ta'ala (artinya):


"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat

kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan

kekeluargaan?" (Muham-mad: 22)


Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata

bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Rahim bergantung di 'Arsy, lalu berkata: "Ba-rangsiapa yang menyambungku,

maka Allah akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutus-kanku, maka

Allah akan memutuskannya".


Sesungguhnya orang-orang yang berakal dan berfikir serta berhati yang jernih

akan mampu mencerna makna nasihat kebenaran dan kemudian menjadi

peringatan baginya.

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada

Rabbnya dan takut kepada hari hisab yang buruk". (Ar-Ra'd: 21)


Inilah sifat seorang mukmin, setiap apa-apa yang diperintahkan Allah Ta'ala

untuk menghubungkan, maka mereka pun menghubungkan. Mentaati secara

sempurna dan istiqamah di atas kebenaran dan berjalan di atas manhaj

Kitabullah dan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akan mampu

menyelamatkan kita dari penyelewengan dan kesesatan.

Orang yang terbiasa tidak menjaga janji Allah dan tidak istiqamah di atas jalan

lurus sesuai kehendak Allah, maka dia tidak mungkin mampu memegang janji

dan ikatan dengan siapa pun.

0 ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

JALINAN UKHUWAH


ShoutMix chat widget